Sunday, July 26, 2009

Biologi Lobster (Homarus sp.)

jenis Homarus mudah dikenali karena memiliki capit yang besar, ukuran tubuhnya bisa mencapai 10 kg per ekor dan umurnya diduga bisa mencapai 100 tahun. Lobster hidup secara soliter dan bersembunyi di balik bebatuan atau di celah-celah karang. Budidaya lobster tidak dapat dilakukan secara masal, karena mempunyai sifat kanibalisme dan sangat agresif jika dipelihara secara bersama-sama dalam satu wadah.

Seperti halnya jenis crustaceae lainnya, lobster mengalami fase molting (ganti kulit) berkali-kali sepanjang hidupnya, berat dan ukurannya akan bertambah setiap kali proses molting selesai. Frekuensi molting sangat dpengaruhi oleh faktor suhu, dimana suhu optimalnya adalah antara 18 – 22 0C. Kematangan gonad lobster betina dicapai pada umur 2 tahun (panjang total 23 cm) pada kondisi lingkungan yang optimal. Jika kondisi lingkungannya kurang mendukung dibutuhkan waktu 5 – 9 (panjang total 25 cm) tahun untuk mencapai kematangan gonad. Perkawinan biasanya terjadi sesaat setelah lobster betina mengalami molting dan telur akan menetas 11 bulan setelah pemijahan berlangsung (Battaglene et al., 2004).

Larva lobster yang baru menetas (fase I – III) hidup secara pelagic dengan copepoda dan plankton lainnya sebagai sumber makanan utama. Pada fase ke IV, lobster sudah memiliki capit yang kecil dan mulai hidup didasar perairan selama 2 – 3 tahun. Untuk mencapai berat 300 gr (panjang karaps 75 cm), lobster membutuhkan 20 kali proses molting (Battaglene et al., 2004). Proses pergantian kulit (molting) berlangsung secara bertahap. Tahap ganti gulit didahului dengan pecahnya garis molting (molting line), tahap selanjutnya adalah keluarnya tubuh baru dari tubuh yang lama. Setelah tubuh baru keluar dari tubuh lama, tahap selanjutnya adalah penyerapan air dan garam-gram organik, sehingga sel-sel tubuh terpenuhi air (turgor). Setelah tahap ini secara keseluruhan tubuh udang akan menjadi besar dan terjadi pertambahan bobot yang cukup besar. Namun demikian tubuh udang masih dalam keadaan lunak. Pada tahap selanjutnya (post molting) akan terjadi proses pengapuran sehingga anggota badan udang akan mengeras (Hadie dan Hadie, 1993)

Budidaya Lobster (Homarus sp. )

Budidaya lobster dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu pembenihan, penggemukan dan budidaya secara menyeluruh (pembenihan sampai mencapai ukuran konsumsi) (Kristiansen et al., 2004). Hingga tahun 1970 budidaya lobster secara menyeluruh belum berhasil dilakukan, akan tetapi pembenihan lobster mulai menunjukkan hasil pada tahun 1995 (Aiken dan Waddy , 1995). Teknologi budidaya lobster secara individual mulai diperkenalkan pada tahun 1995, tetapi usaha budidaya secara komersial masih belum menguntungkan karena biaya produksi yang sangat tinggi. Pada saat ini lobster sudah dapat dibudidayak dalam komersial dengan menggunakan keramba laut. Usaha penggemukan lobster adalah segmen usaha yang layak dilakukan karena memiliki resiko yang kecil, biaya relatif rendah dan bahan baku banyak tersedia.

Keberhasilan usaha budidaya udang tidak lepas dari kegiatan teknis yang diimbangi dengan kegiatan sosial dan ekonomi. Beberapa faktor pendukung keberhasilan budidaya udang adalah konstruksi kolam/wadah budidaya, pengaturan air, pemilihan benih, pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit, tatalaksana usaha dan pemasaran hasil (Murtidjo, 1999).

musida.web.id

No comments:

Post a Comment